Kamis, 05 November 2009

aRtikeL....

Atasi Rematik dengan Senam Rematik
Orientasi Sendi dan Tulang
Rematik bisa menyerang siapa saja. Tak hanya warga Evergreen yang rentan dengan penyakit tersebut. “Penyebabnya macam-macam, bisa pola makan yang tidak sehat atau sistem ketahanan tubuh yang terganggu, “ kata Ahmad Aji, fisioterapis dari RSU dr Soetomo, saat ditemui di sela-sela senam rematik bersama Pfizer di Graha ITS, Minggu (20/7).
Penderita rematik menurut Ahmad, bisa anak-anak, dewasa, hingga lansia. Tiap jenjang usia memiliki jenis penyakit rematik masing-masing. Anak-anak, misalnya. Rematik yang bisa menyerang mereka adalah juvenile rheumatoid arthitis. Awalnya, penyakit ini menyerang persendian. Namun, lambat laun, penyakit tersebut mengakibatkan ketidakseimbangan daya tahan tubuh.
Hal senada diungkapkan Prof. Dr. dr Handoko Kalim SpPD-KR, Kepala Divisi Rheumatologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya itu mengatakan, penderita rematik tidak hanya dialami mereka yang sudah tua, yang masih muda pun memiliki kemungkinan. “Aktivitas masyarakat semakin padat. Kemungkinan munculnya gangguan kesehatan seperti rematik pun besar,” ungkapnya.
Khusus untuk warga Evergreen, rematik yang sering menyrang adalah osteoarthitis. Yakni, pengeroposan sendi karena kemampuan tubuh memproduksi cairan di persendian menurun. Cairan tersebut berfungsi sebagai pelumas sendi. Apabila produksinya berkurang, sendi tidak bisa lancar bergerak. “Akibatnya, ketika melakukan gerakan, terasa sakit,” terang Ahmad.
Osteoarthitis, jelas Ahmad, biasanya menyerang sendi-sendi besar yang menopang berat badan tubuh. Misalnya, lutut, panggul, tulang belakang, punggung, dan leher.
Salah satu cara mengatasi rematik adalah melakukan senam rematik. Senam tersebut secara khusus didesain untuk penderita rematik. Berbeda dengan senam lainnya, senam rematik berorientasi pada sendi dan tulang. Selain itu, olah gerak yang dilakukan tidak terlalu cepat dan menguras tenaga. Salah seorang anggota tim pakar pencipta senam tersebut, dr Siti Annisa Nuhonni SpRM, mengatakan bahwa apabila dilakukan secara teratur, senam tersebut dapat mengurangi munculnya rematik.
“Itu juga berguna sebagai terapi menghilangkan gejala rematik berupa kekakuan sendi dan nyeri yang dirasakan pasien rematik,” tuturnya. Namun, bagi mereka yang sudah menjadi penderita rematik, senam harus dilakukan saat tubuh tidak mengalami sakit. “Sebelumnya, harus konsultasi dahulu ke dokter.”
Menurut Ahmad, idealnya, senam rematik dilakukan tiga hingga lima kali dalam satu minggu. Rentang waktu melakukan senam antara satu hingga satu setengah jam. Namun, itu masih harus menyesuaikan dengan kondisi tubuh. “Kalau ragu, konsultasi dahulu dengan dokter,” tegasnya. (aga/tia)
( Jawa Pos, Juli 2008 )